Sedangkan orang miskin yang tidak memiliki kekayaan akan merasa sengsara. Meskipun benar perkataan yang diucapkan, kebenaran itu tidak akan mudah diterima karena tidak memiliki tulang punggung. Tulang punggungnya adalah harta.
Gambaran lain bahwa bahagia terdapat pada orang yang dikenal baik oleh orang lain. Nama yang begitu masyhur dan dijadikan buah bibir orang lain, serta dipuji dari ujung ke ujung.
Orang seperti ini memandang ‘nama baik’ lebih berharga dari harta dan kekayaan. Pemikiran yang berbeda-beda itu menyebabkan keinginan untuk menyelidiki lebih jauh tentang bahagia.
Baca Juga: Dibuka, Pendaftaran Mudik Gratis PLN 2023, Tersedia 5000 Kuota untuk Keberangkatan Jabodetabek
Yahya bin Khalid al-Barmaki, seorang wazir terkenal ketika masa Bani Abbas memberikan pendapatnya mengenai bahagia. Ia mengatakan bahagia terdapat pada watak yang baik, ingatan yang kuat, akal yang bijaksana, memiliki ketenangan, dan memiliki kesabaran.
Seorang ahli syair bernama Hutai’ah mengungkap dalam syairnya tentang kebahagiaan:
"Menurut pendapatku, bukanlah kebahagiaan itu pada mengumpul harta benda # Tetapi pada taqwa akan Allah itulah bahagia.
Taqwa akan Allah itulah bekal yang sebaik-baiknya disimpan # Pada sisi Allah sajalah kebahagiaan para orang yang taqwa."
Baca Juga: HEBOH! TPG Kemenag Cair sebelum Lebaran. Ternyata Ada Kriteria Khusus Penerima yang Harus Dipenuhi