Sudan : Korban Tewas Akibat Bentrokan Suku Bertambah

- 18 Juli 2022, 08:58 WIB
Ilustrasi bentrok antar suku di Sudan.
Ilustrasi bentrok antar suku di Sudan. /Fajrul_Falah/pixabay.com

BERITASOLORAYA.com – Korban tewas akibat bentrokan suku di negara bagian Nil Biru di Sudan meningkat menjadi sedikitnya 65 orang. Menteri kesehatan provinsi tersebut mengungkapnya.

Bentrokan antara kelompok suku Hausa dan Birta di provinsi selatan Sudan juga telah melukai sekitar 150 orang lainnya, kata Gamal Nasser al-Sayed pada hari Minggu, 17 Juli 2022.

Gamal Nasser al-Sayed mengatakan kepada The Associated Press bahwa sebagian besar korban yang tewas adalah pria muda yang ditembak atau ditikam.

Baca Juga: Pencairan Tunjangan Sertifikasi Guru Bisa Terhambat, Benarkah Sebab Kurikulum Merdeka? Kemdikbud Menjawab

Al-Sayed mendesak pihak berwenang di ibu kota Khartoum untuk membantu mengangkut lima orang korban yang terluka parah karena rumah sakit di Nil Biru kekurangan peralatan canggih dan obat-obatan.

Dikutip BeritaSoloRaya.com melalui Aljazeera, pada hari Sabtu, 16 Juli 2022, para pejabat setempat mengatakan jumlah korban tewas setidaknya berjumlah 31 orang.

Pihak berwenang telah mengerahkan Pasukan Dukungan Cepat militer dan paramiliter (RSF) untuk mengembalikan stabilitas di wilayah tersebut.

Mereka juga memberlakukan jam malam mulai Sabtu malam serta melarang pertemuan di kota Roseires dan Al-Damazin.

Baca Juga: Ketahui 9 Syarat Guru ASN Daerah Bisa Dapat Tunjangan Sertifikasi, Simak Selengkapnya Disini

Roseires dan Al-Damazin merupakan ibu kota negara bagian dimana tempat bentrokan terjadi.

Gubernur Nil Biru Ahmed al-Omda pada hari Jumat, 15 Juli 2022, mengeluarkan perintah yang melarang pertemuan atau pawai selama satu bulan.

Ahmed Youssef, seorang penduduk Al-Damazin, mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa "puluhan keluarga" telah menyeberangi jembatan ke kota pada hari Sabtu untuk melarikan diri dari kerusuhan.

Rumah sakit telah mengeluarkan panggilan mendesak untuk donor darah, menurut sumber medis.

Baca Juga: Persib Bandung Dilanda Beragam Masalah Jelang Liga 1, dari Badai Cedera hingga Sulit Uji Coba

Satu sumber di Rumah Sakit Al-Roseires mengatakan kepada AFP bahwa fasilitas itu "kehabisan peralatan pertolongan pertama" dan bahwa bala bantuan diperlukan karena jumlah orang yang terluka "meningkat".

Perwakilan Khusus PBB untuk Sudan Volker Perthes telah meminta semua pihak untuk menahan diri.

Kekerasan terjadi setelah suku Birta menolak permintaan Hausa untuk membentuk "otoritas sipil untuk mengawasi akses tanah", seorang anggota terkemuka Hausa mengatakan kepada AFP dengan syarat anonim.

Akan tetapi seorang anggota senior Birta mengatakan penolakan itu adalah sebagai bentuk tanggapan mereka karena Hausa telah melakukan "pelanggaran" terhadap tanah Suku Birta.

Baca Juga: Panselnas Akan Pindahkan Formasi untuk Guru PG, Jika Hal Ini Terjadi: Saya Tegaskan Kembali

Wilayah Qissan dan negara bagian Nil Biru secara umum telah lama menjadi tempat kerusuhan.

Pejuang selatan menjadi duri di pihak mantan presiden kuat Sudan Omar al-Bashir yang digulingkan oleh tentara pada tahun 2019 yang kemudian disusul protes jalanan.

Para ahli mengatakan kudeta tahun lalu yang dipimpin oleh panglima militer Abdel Fattah al-Burhan menciptakan kekosongan keamanan yang telah mendorong kebangkitan kekerasan suku.

Bentrokan mematikan secara teratur meletus karena permasalahan tanah, ternak, akses ke air dan penggembalaan.

Baca Juga: Jadwal Pendaftaran PPPK Guru Tahap 3 2022, Pada Link Daftar P3K Akhirnya Terjawab, Kapan Waktunya?

Demonstran pro-demokrasi menuduh kepemimpinan militer Sudan dan mantan pemimpin pemberontak yang menandatangani kesepakatan damai pada tahun 2020 memperburuk ketegangan etnis di negara bagian Nil Biru untuk keuntungan pribadi.

Pada hari Minggu, 17 Juli 2022, polisi menembakkan gas air mata di ibu kota Sudan Khartoum terhadap ratusan pengunjuk rasa anti-kudeta.

Ibu kota telah menjadi tempat protes selama beberapa minggu sejak perebutan kekuasaan al-Burhan menggagalkan transisi ke pemerintahan sipil.

Al-Damazin berdarah,” tulisan pada plakat salah satu pengunjuk rasa di Khartoum pada hari Minggu.

Baca Juga: Indonesia Rebut Gelar Juara Umum di Singapore Open 2022, Presiden Jokowi Turut Beri Ucapan Selamat

Di kota Wad Madani, sekitar 200 km (124 mil) selatan Khartoum, pengunjuk rasa mengalihkan demonstrasi mereka ke rumah sakit setempat.

Ha itu dilakukan untuk, “Mendonorkan darah kepada saudara-saudara kita yang terluka dalam bentrokan suku di Nil Biru,” kata penyelenggara protes Ammar Mohamed kepada AFP.***

 

Editor: Anbari Ghaliya

Sumber: Aljazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah