Menikah di Bulan Syawal, Mitos atau Sunnah? Umat Islam Wajib Tahu

24 April 2023, 18:46 WIB
Ilustrasi menikah di Bulan Syawal. /pixabay/RiskiTriono97

BERITASOLORAYA.com – Umat Islam di seluruh dunia tengah bersuka cita karena kedatangan hari kemenangan, sehingga tak jarang beberapa orang melengkapi kebahagiaan itu dengan memutuskan untuk menikah. Menikah adalah salah satu bentuk ibadah yang berlangsung selamanya, bahkan seseorang yang sudah menikah juga dianggap telah menyempurnakan separuh agamanya.

Sebagaimana dikutip BeritaSoloRaya.com dari laman Kemenag pada Minggu, 23 April 2023, Nabi Muhammad pernah berkata, “Ketika seorang hamba menikah, berarti dia telah menyempurnakan setengah agamanya, maka bertakwalah kepada Allah pada setengah sisanya,”

Memasuki 1 Syawal, masih ada persepsi di sebagian kelompok masyarakat yang menganggap bahwa menikah di bulan Syawal merupakan hal negatif.

Baca Juga: MENARIK, Inilah 5 Tempat Wisata Baru di Sekitar Kota Malang, Simak Selengkapnya

Alasannya, menikah di waktu tersebut akan berdampak kurang baik terhadap kehidupan berumah-tangga mereka.

Dikatakan juga menikah di bulan Syawal membuat rumah tangga mempelai nantinya tidak rukun, atau mempelai nantinya susah berusaha, sempit rezeki, dan akan mengalami kesulitan hidup.

Alasan ini masih diyakini oleh sebagian kecil masyarakat bahwa menikah di antara dua hari raya tersebut adalah tidak baik, sehingga di wilayah-wilayah tertentu berdampak terjadi penurunan jumlah pernikahan di bulan Syawal.

Baca Juga: SANGAT INDAH, Inilah 5 Tempat Wisata untuk Menikmati Malam Hari di Malang, Cocok untuk Libur Lebaran

Asal Penamaan Bulan Syawal dan Kepercayaan Jahiliyah

Syawal atau Syawwal adalah bulan ke-10 dalam kalender Islam (Hijriah). Penamaan bulan Syawal ini tak terlepas dari cerita dan sejarah di baliknya.

Ulama terdahulu memiliki perbedaan dalam pemaknaan kata Syawal. Pendapat yang lebih menjelaskan dengan lebih rinci tentang asal-usul makna dari kata Syawal adalah menurut Ibnu Manzur.

Pendapat ini mengatakan bahwa para ahli bahasa terdahulu menyandarkan riwayat penamaan itu pada peristiwa yang umum terjadi di bulan tersebut.

Fenomena itu dikenal dengan istilah Tasywil laban al-ibil atau kondisi susu unta yang sedikit. Jadi, Syawal diambil dari kata Syawwala yang berarti “menjadi lebih sedikit dari sebelumnya.”

Baca Juga: MULAI 26 APRIL PNS Masuk Kerja Hanya 5 Hari, Ditambah Jam Istirahat dan 37 Jam Kerja

Sebelum datang risalah Rasulullah, cerita asal nama Syawal ini melahirkan pantangan di kalangan masyarakat kala itu. Di antaranya, ketabuan melaksanakan pernikahan sebelum bulan Syawal berakhir.

Dari situ, masyarakat Arab Jahiliyah pra-Islam menarik kesimpulan bahwa menikah di bulan Syawal menjadi suatu hal yang tabu, bahkan terlarang.

Setelah Datangnya Kenabian

Islam datang tidak sekadar untuk menegakkan keesaan Allah, melainkan juga menata tradisi masyarakat yang kurang baik, termasuk mitos atau tahayul tentang bulan Syawal yang banyak merugikan.

Rasulullah bahkan menjadikan keberkahan bulan Syawal menorehkan beberapa peristiwa penting dalam sejarah Islam, di antaranya mulai dari perang Uhud (17 Syawal tahun ke-3 H), perang Khandaq/Ahzab (tahun ke-5 H), hingga perang Hunain (tahun ke-8 H), yang ke semuanya itu terjadi di bulan Syawal.

Baca Juga: Inilah Alasan Penyaluran THR untuk para ASN

Bahkan, Rasulullah juga mematahkan mitos buruk ini dengan Yang menikahi Aisyah radhiyallahuanhuma pada tahun ke-11 kenabian di bulan Syawal.

Sunnah Menikah di Bulan Syawal

Bulan Syawal dijadikan waktu sunnah untuk melangsungkan pernikahan agar kepercayaan orang-orang Arab Jahiliyah yang menganggap bahwa pernikahan di bulan Syawal adalah sebuah kesialan menjadi lenyap.

Kepercayaan yang menyimpang tentang menikah di bulan Syawal segera disunnahkan Nabi Muhammad Shalallahu ’Alaihi wa Sallam.

Hadis berikut diharapkan bisa memperteguh keyakinan untuk menikah di bulan Syawal, tentu saja bagi yang sudah mampu dari berbagai segi.

Baca Juga: PENTING, Guru Non Sertifikasi Segera Cek Pengumuman Kemdikbud, Langkah Ikut PPG Dalam Jabatan 2023

“Ummul Mukminin ‘Aisyah Radhiyallahuanhuma, ia berkata bahwa Rasulullah menikahiku pada bulan Syawal dan tinggal bersamaku pada bulan Syawal. Lantas, adakah di antara istri Nabi lainnya yang lebih beruntung di sisi beliau daripada aku,”

Sementara itu, para ahli riwayat menuturkan, adalah Aisyah senang sekali menikahkan perempuan di Bulan Syawal.

Maka, apabila masih ada orang yang berpendapat kurang baik atau bahkan melarang menikah di bulan Syawal di antara dua Hari Raya, pendapatnya yang sangat keliru, lantaran tidak sesuai dengan hadist Nabi dan praktik Rasul sendiri yang menikahi Aisyah Radhiyallahu Anhuma pada bulan Syawal tersebut***

Editor: Anbari Ghaliya

Tags

Terkini

Terpopuler