Perhatikan 3 Hal Ini saat Berinvestasi pada Aset Surat Utang Obligasi di Pasar Modal

- 13 Maret 2023, 13:28 WIB
Ilustrasi obligasi surat utang
Ilustrasi obligasi surat utang /Pixabay/Steve Buissinne

 

BERITASOLORAYA.com – Obligasi disebut juga sebagai surat utang atau bond. Obligasi merupakan instrumen investasi resmi yang tercatat di pasar modal Indonesia.

Obligasi atau surat utang memiliki sifat seperti instrumen investasi lain, misalnya saham dan aset-aset lain di pasar modal. Karena sifatnya seperti saham, aset obligasi diperdagangkan melalui aktivitas jual beli surat utang.

Selain bunga atau yang disebut dengan kupon, investor bisa memperoleh keuntungan dari investasi obligasi di pasar modal melalui aktivitas jual beli surat utang ini.

Baca Juga: Beasiswa S2 Kominfo 2023 Dibuka bagi PNS dan Non PNS. Bisa Kuliah Gratis hingga Dapat Tunjangan Hidup

Dikutip BeritaSoloRaya.com dari investor.gov, aktivitas jual beli surat utang yang terjadi di pasar modal menyebabkan dinamika pembentukan harga yang sama seperti yang terjadi di pasar saham. Dinamika pembentukan harga ini dipengaruhi oleh hukum permintaan dan penawaran.

Selain hukum pasar permintaan dan penawaran aset obligasi, naik turunnya harga surat utang juga dipengaruhi beberapa hal. Sebagai investor, penting bagi Anda untuk memperhatikan bagaimana dinamika pasar obligasi membentuk harga aset tersebut.

Berkaitan dengan dinamika pembentukan harga surat utang, berikut 3 hal yang perlu diperhatikan investor ketika mulai masuk ke pasar obligasi.

Baca Juga: UTBK SNBT 2023 akan Segera Dibuka, Inilah Cara Daftar KIP Kuliah 2023. Simak Selengkapnya...

1. Suku bunga

Istilah asing untuk suku bunga adalah interest rate dan kupon. Suku bunga merupakan informasi paling penting yang harus diketahui investor sebelum membeli aset surat utang obligasi.

Suku bunga, interest rate, atau kupon adalah seberapa besar return yang akan Anda dapatkan ketika membeli sebuah obligasi. Besaran nilai kupon yang ditawarkan satu obligasi dengan obligasi lain bervariasi, mulai dari 5 persen, 7 persen, dan 8 persen.

Nilai kupon inilah yang nantinya menjadi pembanding obligasi mana yang menarik untuk dibeli sebagai instrumen investasi. Namun, tentu saja antara besaran nilai kupon obligasi dengan resikonya tetap sebanding.

Baca Juga: Ubah Penyaluran Bansos PKH dan BPNT 2023, Mensos: Pengambilanya Bisa Lewat ATM atau ke Bank Langsung

Kupon obligasi adalah besarnya bunga yang diterima investor. Bunga ini dibayarkan secara berkala, yaitu setiap 3 bulanan atau 6 bulanan.

Adapun perubahan yang terjadi pada suku bunga atau kupon dapat memengaruhi harga efek surat utang. Ketika nilai kupon mengalami kenaikan sedangkan imbal hasil yang dibayarkan tetap, maka return yang diterima investor akan kecil.

Kecilnya nilai return dibandingkan kupon akan memengaruhi sikap investor yang lebih memilih menjual aset obligasinya. Semakin banyak investor menjual obligasinya, akan berdampak pada turunnya harga obligasi tersebut.

2. Faktor Risiko

Yang dimaksud dengan risiko adalah bagaimana kemampuan perusahaan penerbit efek atau surat utang membayar bunga dan pokok kepada investor saat jatuh tempo.

Baca Juga: ASIK, 11 Jurusan Baru di UNDIP Ini Punya Daya Tampung Segini di UTBK SNBT 2023, Pasti Bisa Lolos Dong...

Aset obligasi akan mengalami pemeringkatan oleh lembaga. Lembaga yang bertugas melakukan pemeringkatan obligasi disebut sebagai Lembaga Pemeringkat Efek.

Tugas lembaga ini mengurutkan efek berdasarkan nilai imbal hasil dan kemampuan penerbitnya untuk membayarkan bunga dan melunasi pokok utang ketika sampai pada waktu jatuh tempo.

Informasi mengenai peringkat obligasi yang dikeluarkan Lembaga Pemeringkat Efek digunakan oleh investor sebagai pertimbangan membeli atau menjual aset obligasi.

Melalui informasi Lembaga Pemeringkat Efek, investor dapat menilai kredibilitas pihak penerbit surat utang, kinerja dan prospek perusahaannya, sebelum memutuskan membeli surat utang perusahaan tersebut.

Baca Juga: Pekan ke-30 BRI Liga 1 Pertemukan Persib dan Persebaya yang Ingin Perbaiki Catatan Buruk

Peringkat efek dapat mengalami penurunan maupun kenaikan. Naik turunnya peringkat utang menunjukkan besar kecilnya tingkat risiko penerbit dalam memenuhi kewajiban pembayaran utangnya.

Turunnya peringkat surat utang dapat diartikan sebagai menurunnya kemampuan perusahaan penerbit dalam membayar utang yang kemungkinan dapat berujung pada gagal bayar.

Turunnya peringkat surat utang mengakibatkan permintaan surat utang juga menurun. Hal ini berdampak pada persepsi investor yang menganggap surat utang tersebut sudah tidak berharga lagi. Kondisi ini berakibat pada turunnya harga surat utang di pasar obligasi.

Baca Juga: Jelang All England 2023: Tim Indonesia Turunkan 15 Wakil Terbaiknya. Siapa Sajakah? Cek di Sini

3. Jatuh Tempo

Obligasi merupakan efek berupa surat utang yang tercatat di pasar modal. Karena sifatnya yang berupa surat utang, aset obligasi memiliki waktu jatuh tempo pelunasan utang. Adapun tenor obligasi bervariasi.

Ketika Anda sebagai investor memegang surat utang dan telah memasuki waktu jatuh tempo, maka pihak penerbit berkewajiban membayar pokok utang tersebut kepada investor.

Adapun harga sebuah surat utang atau obligasi tergantung dari waktu jatuh temponya. Jika sebuah surat utang memiliki jatuh tempo yang singkat, maka resikonya dianggap rendah. Rendahnya risiko ini mengakibatkan harga yang ditawarkan juga semakin murah.

Begitu juga sebaliknya, waktu jatuh tempo obligasi yang semakin mengakibatkan risiko surat utang tersebut semakin besar. Besarnya risiko surat utang berbanding lurus dengan harga yang ditawarkan, yaitu semakin mahal.

Baca Juga: YES! Pelamar P1 Seleksi PPPK Guru 2022 Jateng Dinyatakan Lulus, Cek Namamu Di Bawah Ini

Itulah tiga hal penting yang harus menjadi perhatian investor sebelum membeli surat utang obligasi sebagai instrumen investasi. Tiga hal diatas yang memengaruhi harga obligasi dapat menjadi pertimbangan investor dalam memilih surat utang dari perusahaan mana yang layak untuk dibeli.

Ketika berinvestasi pada aset obligasi, investor juga perlu memberikan perhatian kepada faktor risiko, dan tidak hanya terfokus pada keuntungannya saja.

Selamat berinvestasi.***

Editor: Dian R.T.L. Syam


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x